Nikah Muda: Tunda selagi Bisa

Beberapa hari ini media sosial di Indonesia sedang riuh membahas tentang nikah muda. Keriuhan ini diilhami kejadian pernikahan muda salah seorang anak pesohor di Indonesia. Ada banyak pro dan kontra yang tiba-tiba dibahas di media sosial gegara nikah muda-nya si anak pesohor tersebut. Tidak tanggung-tanggung, nikah muda ini beneran muda banget. Masih rangu. Yang cewek 20 tahun, sedangkan yang cowok baru 17 tahun. Setengah dari umur sa..ah sudahlah.

Sebagai seorang yang bekerja di sektor kependudukan dan keluarga berencana, saya jadi tergelitik untuk ikut membahas fenomena ini. Saya tidak akan mengomentari pro kontra nikah muda. Yang pasti saya tidak setuju kalau nanti ada keluarga saya yang nikah di umur 17 tahun. Karena umur segitu kan biasanya emosi masih labil. Masih mencari jati diri. Masih mencari arah mau seperti apa kehidupan yang akan dijalani di usia dewasa nanti. Masih harus sekolah dan mencapai prestasi-prestasi yang nanti bisa diceritakan kepada anak cucu.

Oya, sebenarnya fenomena nikah muda ini bukanlah fenomena yang asing. Fenomena ini bagaikan gunung es yang hanya Nampak sebagian saja. Bahkan di era 1970-an, nikah muda adalah fenomena yang sangat lazim. Dulu,almarhum Ibu saya saja nikah muda. Usia 30-an sudah punya anak 7. Kebayang nggak usia pas nikahnya berapa?

DSC_0229
Ilustrasi: Masa Remaja, Masa Indah di Sekolah (Foto: Istimewa)

Hingga saat ini, fenomena nikah muda masih kekinian untuk dibahas. Secara angka saja, di Jawa Barat masih terdapat 131.914 perempuan yang menikah di bawah usia 21 tahun (angka hasil pendataan keluarga BKKBN tahun 2015). Sedangkan jika dilihat dari angka Usia Kawin Pertama, perempuan di Jawa Barat yang menikah di bawah 21 tahun tercatat sebanyak 4.547.406 orang atau sekitar 60,97% dari total pasangan usia subur yang saat ini tercatat di Jawa Barat (data hasil pendataan keluarga tahun 2015). Sedangkan pria yang menikah dibawah usia 25 tahun tercatat sebanyak 1.681.546 orang (22,55%).

Dari angka-angka tersebut, terlihat bahwa menikah muda masih menjadi fenomena di kalangan masyarakat. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menikah muda, dengan catatan para pelakon nikah muda sudah siap baik secara mental maupun sosial. Karena kehidupan setelah menikah sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Hanya saja, menikah muda ini menjadi fenomena negatif ketika para pelakon kawin muda ini belum memiliki kesiapan baik secara moril maupun materil. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan tingginya akan perceraian.

Jika dilihat dari pro kontranya, menikah muda ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika kembali pada kejadian pernikahan muda anak ustad tersebut, dia menikah karena ingin menghindari perzinahan. Mungkin ini menguntungkan dari sisi agama. Karena terhindar dosa. Tapi saya tidak akan membahas urusan pahala dan dosa, jadi kita skip saja ya. Yang ingin saya ulas di sini adalah kekurangan dari menikah muda.

  1. Faktor Reproduktif

Secara reproduktif, usia 17 tahun memang sudah melebihi masa pubertas. Artinya, seorang pria telah mampu memproduksi sel spermanya sendiri. Sedangkan perempuan, pasti sudah mengalami haid. Artinya jika mereka menikah, kemungkinan bisa punya anak. Namun, yang perlu diingat adalah usia 17 merupakan usia dimana organ-organ tubuh masih mengalami perkembangan. Terutama pada laki-laki.

Selain itu, organ reproduksi perempuan juga belum siap untuk menerima kehamilan. Artinya ada kemungkinan ketika perempuan usia 17 hamil, akan terjadi keguguran yang berulang-ulang. Menurut salah seorang pejabat BKKBN, yang saya kutip dari situs ini,  seorang perempuan yang mengalami kehamilan usia 15-19 tahun, sangat rentan mengalami keguguran dan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan ketimbang yang berusia 20-25 tahun.  Apabila dipaksakan hamil, maka kemungkinan lainnya adalah terjadinya pendarahan, keguguran, dan persalinan yang lama atau sulit.

Di samping itu, efek lain bagi anak yang dilahirkan perempuan usia di bawah 20 tahun kemungkinannya adalah lahir prematur, berat badan kurang dari 2.500 gram, dan kemungkinan cacat bawaan akibat asupan gizi yang kurang karena ibu muda belum mengetahui kecukupan gizi bagi janin.

Menurut situs ini, hamil di usia muda juga rentan memberikan dampak buruk terhadap organ reproduksi. Di antaranya adalah rusaknya organ reproduksi karena organ reproduksi seorang perempuan remaja belum siap untuk melakukan hubungan intim dan juga belum siap untuk hamil. Kemudian, efek lainnya bisa saja terjadi keguguran, terkena kanker serviks, mudah terkena infeksi karena minimnya pengetahuan anak remaja terkait kesehatan reproduksi. Lebih jelasnya bisa dibaca di sini.

  1. Faktor Psikis

Kemudian dari sisi psikis, usia 17 tahun merupakan usia pencarian jati diri. Usia dimana kita merasa penasaran dengan hal-hal yang belum pernah kita temui. Usia dimana seorang anak remaja mengeksplorasi dirinya baik secara pribadi maupun sosial.

Secara mental, usia remaja memang belum didesain untuk mengurus keluarga, terbebani dengan mencari nafkah, dan sebagainya. Akibatnya, ketika seorang remaja memutuskan menikah di usia muda banget, maka kemungkinan terkena stress lebih besar karena harus memikirkan hal-hal yang harus dialami orang dewasa.

Emosi yang masih labil, gejolak darah muda, dan cara pola pikir yang belum matang adalah pola perilaku yang lumrah dialami remaja. Maka, ketika memutuskan menikah di usia 17, ada kemungkinan akan menggunakan ego yang tinggi  dalam menghadapi permasalahan rumah tangga. Dan dampaknya adalah kurangnya tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga sebagai suami-istri, karena masing-masing pihak masih menginginkan kebebasan. Dampak terburuk adalah terjadinya perceraian karena masing-masing pihak masih mengedepankan ego tersebut.

  1. Faktor Sosial

Seorang remaja yang menikah muda, kemungkinan akan kehilangan masa mudanya. Akan kehilangan pengalaman-pengalaman untuk mengeksplorasi diri dalam hal berprestasi. Akibatnya dia akan menarik diri dari kehidupan sosial karena harus mengurus rumah tangganya. Dampak terhadap kehidupan sosialnya adalah menjadi tidak tertatanya hidup. Mungkin ada penyesalan karena tidak sempat mengalami hal-hal yang dialami oleh remaja lainnya. Sehingga kemungkinan di kemudian hari, mereka akan melakukan eksplorasi dirinya dalam bentuk lain. Perselingkuhan misalnya.

Demikian beberapa hal yang saya soroti dari fenomena menikah muda. Saya memang tidak membahas tentang si anak 17 tahun yang menikah tersebut. Biarlah itu menjadi urusan mereka. Yang jelas, semoga mereka tidak mengalami apa yang disebut sebagai dampak negatif menikah di usia muda tersebut.

Untuk adik-adik yang masih berusia di bawah 20 tahun, semoga kalian tidak memutuskan untuk cepat-cepat menikah setelah membaca postingan ini. Percayalah, dunia ini indah. Banyak hal yang harus kalian perjuangkan untuk meraih keindahan tersebut. Masih terbentang aneka daftar prestasi yang harus kalian raih sehingga bisa kalian banggakan kepada anak kalian, dan anak kalian akan bangga punya ayah atau ibu yang pernah menjadi sesuatu di masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk kalian yang terlanjur menikah di bawah usia 20, ya mau gimana lagi. Tunda dulu lah kehamilan kalian. Jangan memutuskan untuk buru-buru hamil, sehingga organ reproduksi kalian lebih siap, dan mental kalian siap untuk menjadi seorang ibu atau ayah.

 

Sekian.

 

Wassalamualaikum wrwb.

 

 


Satu respons untuk “Nikah Muda: Tunda selagi Bisa

Tinggalkan komentar