Menangkal Ajaran Radikal dengan Pendidikan Agama di Keluarga (2)

Assalamualaikum wr wb…

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan pertama saya, di sini.

[sebelumnya].. “Ya, jihad jauh lebih berpahala ketimbang shalat. Jadi shalat boleh ditinggalkan, karena pahalanya tidak seberapa. Ini kita pengajian seperti ini sudah termasuk jihad.”

Komentar tersebut disampaikan ketika saya telah sholat Dhuhur dan melihat mereka tenang-tenang saja tidak melaksanakan sholat. Spontan sayapun mengajak ustad dan peserta kajian lainnya untuk melaksanakan sholat. Jujur, waktu itu kepala saya merasa pusing sekali dengan keganjilan-keganjilan yang saya temui. Saya yang pernah diajari untuk tidak tinggal shalat oleh orang tua, tiba-tiba mendapati sekelompok orang yang menyatakan bahwa shalat tidak lebih penting daripada jihad. Apalagi setelah selesai kajian tersebut, saya diajak diskusi empat mata dengan si oknum ustad tersebut di ruang gelap. Makinlah saya nyut-nyutan.

Pada saat diskusi empat mata itu, si oknum ustad menyodorkan semacam proposal dan mengajak saya untuk berjanji setia. Dalam konsep janji setia tersebut, saya berpikir bahwa saya harus baiat. Tentu saja saya tidak serta merta mengiyakan ajakan baiat tersebut. Saya bertanya ke si oknum:

“Ini ada proposal. Artinya di atas kita ada organisasi yang memayungi. Sebelum saya ikut ajakan akang, saya mau tau dulu, siapa afiliasi kita di atasnya?” saya mulai menunjukkan ketegasan saya.

“Oh, nggak. Kita tidak ada afiliasi ke organisasi manapun. Kita hanya kelompok pengajian, yang mempunyai program-program kerja seperti yang sudah akang baca dalam proposal tersebut.” Demikian jawab si oknum ustad.

Memang, dalam proposal tersebut ada semacam garis besar haluan pokok kelompok pengajian tersebut. Yang saya ingat, di antaranya adalah mengumpulkan zakat, dan mengajak teman-teman yang masih berada dalam lingkaran area hitam, untuk berhijrah ke area putih. Mereka istilahkan hal tersebut dengan jihad.

Saya coba bantah hal tersebut. Saya kemukakan apa yang saya ketahui. Perihal sholat yang tidak boleh ditinggalkan, perihal zakat 2,5%, perihal syahadat dan hal-hal bertentangan yang pernah dia berikan dalam materi kajian. Ke-keras kepala-an saya ditangkap oleh si ustad. Mungkin dia merasa takut dan risih. Akhirnya, dia menunda prosesi pengucapan janji setia alias membaiat saya. Alhamdulillah saya selamat dari ajaran sesat.

Kenapa saya berani menyebutkan ajaran mereka sesat? Karena saya menemukan banyak keganjilan dari ajaran mereka. Salah satunya ya jihad itu. Selama satu minggu saya berdoa memohon petunjuk kepada Tuhan, sekaligus saya mencari informasi tentang kelompok mereka. Setelah mengumpulkan informasi, saya mendapati fakta bahwa kelompok mereka merupakan komunitas kecil dalam jaringan NII. Saya mempelajari hal itu melalui internet. Hampir setiap hari saya ke warnet untuk mencari informasi tentang jaringan mereka. Oya, kejadian ini terjadi tahun 2008, waktu itu saya belum aktif ngeblog dan masih kesulitan akses internet. Maklum lah yaa hehehe.

Saya mungkin memang awam dengan pengetahuan agama, tapi setiap hari dari usia pra SD sampai SMA, saya sudah dididik oleh orang tua saya tentang pengetahuan dasar agama. Jadi bisa dikatakan bahwa orang tua saya sudah menanamkan ajaran agama yang cukup kuat bagi saya, sebagai fondasi menapaki kehidupan (ciee bahasanya berat hahaha). Makanya, begitu saya menemukan keganjilan-keganjilan dalam materi kajian yang diberikan si oknum ustad, kepala saya langsung nyut-nyutan. Mungkin juga waktu itu, saya sedang dicuci otak. Brain washing supaya saya mengikuti ajaran mereka. Namun karena fondasi saya cukup kuat, brain washing yang mereka upayakan akhirnya gagal. TOTAL!

Kenapa saya menuliskan pengalaman ini, dengan paragraf pembuka isu Gafatar dan ISIS? Karena saya melihat apa yang dilakukan dua organisasi terlarang tersebut, hampir sama dengan cara jaringan kecil si oknum ustad yang mengajak saya. Awalnya mereka akan membahas kajian-kajian yang ringan. Hingga akhirnya mereka mengeruk harta kita melalui ‘ajaran’ untuk berzakat. Saya ceritakan di atas, zakatnya bukan 2,5% kan? Nah, itu… mereka mengeruk harta kita dengan dalih zakat semata-mata adalah untuk mendanai program kegiatan mereka. Merekrut orang sebanyak mungkin. Kemudian berusaha menghancurkan negara dan mendirikan negara yang mereka mau.

ISIS dengan ajakan untuk mendirikan khilafah-nya, dan Gafatar dengan ajakan untuk ketahanan pangannya. Saya berani bilang bahwa keduanya sesat. Apalagi Gafatar yang memang terang-terangan mencampur adukkan tiga ajaran agama. Islam, Kristen, dan Yahudi.

Nah, melalui artikel ini, saya coba ajak temanKB sekalian untuk mulai memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Pendidikan agama jelas menjadi penting untuk menangkal ajakan-ajakan radikal semacam ISIS dan Gafatar. Yuk, kita berikan pendidikan yang baik bagi keluarga kita. Berikan dasar-dasar ajaran agama kepada anak-anak kita. Anak kita adalah generasi masa depan. Berikan pengajaran dan pendidikan terbaik agar mereka dapat menangkal ajakan-ajakan yang tidak sesuai dengan norma, etika, dan ajaran agama yang kita anut.

Kebayang nggak sih kalau misalnya saya tidak diberikan pendidikan agama oleh Bapak saya dulu. Bisa jadi saat ini saya sudah jadi aktifis jihad. Merekrut orang-orang yang awam agama untuk mengikuti oknum ustad tersebut. Bahkan, bukan tidak mungkin, saya memiliki jaringan tersendiri. Atau bahkan, bisa jadi sayalah yang menjadi pelaku pengeboman di jalan thamrin. Amit amit!

Jadi saya kira, pendidikan agama itu sangat penting diterapkan kepada anak-anak kita. Seberapapun sibuknya kita sebagai orang tua, berikan pemahaman agama yang benar untuk anak kita. Berikan pendidikan dasar yang baik bagi anak-anak kita. Ajari mereka mengenali ajaran agamanya secara benar. Sebab fondasi agama menjadi salah satu akar kekuatan seseorang di masa depannya. Mari kita bersama-sama menangkal ajaran radikal, dengan memberikan pendidikan agama yang benar kepada anak-anak kita. Pendidikan yang berasal dari keluarga, akan menjadi penyeimbang yang kuat bagi anak-anak kita di masa depannya kelak.

Sekian. (HS. 2016)

selamat ulang tahun ibu1
Ilustrasi Pendidikan Agama dari Keluarga (HS.2011)

Bdg, 27012016.


Tinggalkan komentar