Balita dan Gadget

Assalamualaikum wr wb.

Selamat datang bulan september. Semoga bulan ini memberikan hal hal yang menyenangkan bagi kita semua. Di sela-sela seri tulisan Efek Samping dan Komplikasi alat kontrasepsi, saya coba tayangkan tulisan-tulisan lama saya yang ngendon di folder disk saya. Daripada bulukan, mending saya share di blog ini. lagian masih ada kaitannya kok sama tema Keluarga. Mudah-mudahan memberikan pelajaran yang menyenangkan bagi temankb sekalian ya.

Seperti artikel berikut, yang saya tulis pada tahun 2011 sewaktu saya masih aktif menjadi kontributor pada salah website milik satu perusahaan susu formula. Tulisan yang saya tayangkan di sini adalah tulisan yang tidak naik ke halaman website tersebut dan masih tersimpan di folder saya.

Berikut ini adalah satu artikel mengenai pola pengasuhan balita yang sering main-main dengan gadget. Tulisan ini sudah seijin yang punya nama kok. Kebetulan teman saya sendiri hehehe. Bahkan mungkin anaknya sekarang sudah besar. Selamat membaca.

-HS-

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Ilustrasi: Keponakan saya sedang bermain game

Satu dasawarsa terakhir, perkembangan teknologi begitu pesat. Komputer, HP, laptop, hingga  komputer tipis bernama tab, seolah menjadi sesuatu yang tidak boleh tertinggal dalam kehidupan. Semua benda tersebut membantu manusia dalam segala sisi, terutama dalam pekerjaan.

Nah, Pasti TemanKB punya perangkat yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan gadget tersebut, kan? Ketika TemanKB selaku orang tua memiliki perangkat gadget, otomatis anak-anak pun akan mulai mengenal gadget yang sering dipegang orangtuanya.

Kali ini, teman saya yang tinggal di Purwokerto akan menceritakan pengalaman menangani anaknya yang mulai mengenal perangkat gadget. Deasy menuturkan  anaknya yang kini berusia hampir lima  tahun tersebut sudah terbilang cakap memainkan perangkat gadget yang dimilikinya.

“Sejak usia 2 .5 tahun dia sudah biasa main games dan ketik-ketik huruf di PC.” Jawab Deasy ketika dihubungi lewat email.

Deasy bercerita, saat ini Khina sudah terbilang mahir untuk anak seusianya dalam hal mengoperasikan laptop dan HP miliknya. Meski begitu, Sempat terpikir kekhawatiran di diri Deasy bahwa Khina akan lupa waktu ketika bersentuhan dengan gadgetnya. Namun Deasy dan suaminya punya tips khusus agar Khina tidak keasyikan dengan gadgetnya.

“Memang, ketika kami kurang kontrol, Khina jadi sering lupa waktu dan keasyikan bermain dengan gadgetnya. Akibatnya waktu Khina bersosialisasi dengan teman sebayanya menjadi berkurang. Selain itu, kalau kebanyakan maen games sendirian, sifat egoisnya mendadak menguat. Makanya, kami mencoba untuk memberi contoh langsung pada Khina. Misalnya ketika di rumah, saya dan suami jarang berkutat dengan gadget yang ada. Kami berusaha memberi contoh kepada anak kami sebisa mungkin, jika ada sms atau email masuk, saya tidak membalasnya di depan Khina. Jadi Khina mulai mengerti bahwa HP dan Laptop baru dipegang dalam keadaan penting saja.” Cerita Deasy.

“Selain itu, saya juga berupaya untuk memberikan pengertian kepada Khina berapa lama dia boleh menggunakan laptop atau perangkat games miliknya.”

Deasy menambahkan bahwa pada dasarnya, Khina itu anak yang tidak bisa diam. Ketika anaknya sudah menggunakan laptop atau perangkat games lainnya sudah melebihi satu jam, maka Deasy akan membujuk Khina untuk bermain permainan lainnya.

“Biasanya saya atau mbaknya akan membujuk dia bermain otopet di luar, mewarnai atau melukis, atau kegiatan apapun yang bisa mengalihkannya dari gadget tersebut.

Deasy tidak menampik bahwa perangkat gadget yang sering dipakai Khina juga memberikan pengaruh positif.

“Selain itu, di awal saya pernah bilang ke Khina, kalau mau main games, entah di laptop entah di hape atau video game-nya, dia saya sarankan berlatih membaca. Minimal satu paragraf setiap kali main satu games. Setiap hari saya tanyakan langsung apakah hari itu dia main game, dan apakah sebelumnya belajar membaca atau menulis. Ternyata dia menjalankannya. Jadi tanpa sadar, dia sudah membatasi dirinya untuk tidak berlama-lama main games, selain itu dia juga makin lancar membaca dan menulisnya.” Deasy menambahkan.

Ketika Khina dengan sadar menjalankan apa yang diminta ibunya, gadget ini membuat dia belajar berdisplin dan bertanggung jawab. Jadi, dari segi positifnya, gadget ini membuat Khina tertib dan disiplin, mandi, makan, bermain dan tidur siang sesuai jadwalnya.

“Tapi, yang namanya anak kecil, sering juga sih keluar sikap berontaknya. Nggak mau mengikuti apa yang sudah ditetapkan. Sekali-sekali sih saya biarkan, hehehe.”

“Dalam hal kecerdasan, saya tidak meragukan kalau gadget itu berpengaruh merangsang kecerdasannya berpikir dan menganalisa sesuatu. Edu-games yang ada membuat Khina lebih cepat mengenali berbagai macam benda, karakter huruf dan angka. Yang jelas terlihat, dia sudah pandai membaca dan berhitung secara sederhana. Juga memecahkan masalah sederhana.” Tutup Deasy.

Nah, Bapak Ibu, Mama Papa, Ayah Bunda,  memberikan pengertian mengenai pentingnya membagi waktu adalah hal mutlak bagi orang tua ketika anaknya sudah mengenal gadget. Anak bisa dikenalkan pada gadget, namun tetap terkendali. Seperti Deasy. Sebagai orang tua, Deasy berusaha untuk bijaksana dalam menyikapi perkembangan teknologi ini. Bagaimanapun, kelak, anaknya akan hidup pada masa dimana gadget sudah menjadi sesuatu yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. (HS)


Tinggalkan komentar